Membangun konsolidasi di Bumi Siliwangi
Oleh
Yusup
Bachtiar
Pesta
demokrasi Republik Mahasiswa Universitas
Pendidikan Indonesia (REMA UPI) telah dimulai. REMA UPI sedang menanti siapakah
yang akan menjadi Presiden dan wakil Presiden selanjutnya. Momentum Pemilihan
ini dianggap sebagai pintu harapan perbaikan atau malah sebaliknya perubahan
yang diharapakan tidak terjadi. Mengingat perjalanan dinamika organisasi
mahasiswa UPI memiliki berbagai problema dan tantangan yang sampai saat ini tak
kunjung terselesaikan. Hal itu ditandai dengan menurunnya partisipasi
mahasiswa terhadap keberadaan BEM REMA
UPI; polemik pro kontra legalitas BEM
tingkat fakultas; melemahnya tingkat
konsolidasi pergerakan antar himpunan dan antusiasme mahasiswa yang disorientasi
terhadap organisasi; kurang terlihatnya peran lembaga suprastruktur seperti DPM
dan MPM REMA UPI; partisipasi keterlibatan budaya politik yang minim dan bahkan
nampak jelas dalam partisipasi penyelenggaraan Sidang Umum (SU) setiap tahunnya
. Sehingga ini menjadi tantangan besar bagi siapapun yang terpilih untuk
mengelola BEM REMA UPI kedepannya.
Sebenarnya
jika sama-sama kita perhatikan kondisi seperti itu merupakan suatu hal yang klasik, tentunya penyakit lama
yang tak kunjung sembuh. Kenapa disebut penyakit karena adanya permasalahan
tersebut secara tidak langsung bisa melemahkan sistem Ormawa (Organisasi
Mahasiswa) yang ada di UPI. Imbasnya pun bisa kita lihat saat ini. Dari periode
ke periode kepengurusan BEM REMA, Power dan pengaruh organisasi intrauniversitas
tertinggi ini belum mampu dengan maksimal menjadi figure untuk
organisasi-organisasi lain dibawahnya. Sehingga keberadaan BEM REMA pun
dipertanyakan hingga saat ini. Jika kita mengkaji secara hirarkis seharusnya
BEM REMA sebagai pucuk organisasi tertinggi mampu memberikan pengaruh yang
besar terhadap keberadaan organisasi dibawahnya. Realitas yang terjadi saat ini
himpunan-himpunan, unit kegiatan mahasiswa (UKM) dan bahkan pergerakan
mahasiswa UPI pada umumnya terlihat masing-masing dan bersifat parsial, bagai
ruang hampa yang tersekat.
Polemik
seperti ini harus diselesaikan secara seksama dan penuh kerendahan hati untuk
sama-sama berdiskusi, mengkaji bahkan menata kembali sistem pemerintahan
organisasi yang masih keadaannya belum stabil. Jika perlu konsolidasi yang
dibangun memang benar-benar berdasar kepentingan bersama demi Berjayanya ormawa
UPI dalam dunia pergerakan mahasiswa. Apabila hal ini tidak dilakukan mungkin
nasib pergerakan ormawa UPI ataupun BEM REMA hanya menunggu waktu saja untuk
tenggelam dan semakin ditinggalkan oleh mahasiswa UPI.
Lantas
melihat kondisi seperti ini bukan seharusnya membuat kita pesimis, namun
sebagai lecutan buat kita masing-masing sebagai warga UPI untuk menghidupkan
kembali tagline bahwa “UPI adalah rumah kita”. Siapun berhak untuk
berkontribusi dalam perannya memperbaiki keadaan ini. Namun pertanyaanya
siapkah kita untuk melepas ego dan kepentingan kita masing-masing kecuali
kepentingan UPI. Sebab konsolidasi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi
di tingkat mahasiswa UPI masih belum sinergis dan satu pemahaman bersama.
Memang ada beberapa forum yang sempat melakukan pergerakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Namun tak berlangsung lama dan parsial. Oleh sebab itu, dalam
membangun konsolidasi yang cerdas kita harus terbuka dan merangkul unsur-unsur
mahasiswa serta para pakar terkait tata pemerintahan organisasi mahasiswa. Selain
itu hal yang utama adalah redam emosi perbanyak diskusi dengan ahli, penuh
realisasi dan kontribusi, bukan untuk menghakimi namun bersama-sama membangun
satu persepsi, tentunya demi UPI untuk Bumi Siliwangi.
Play Baccarat with bitcoin at FanDuel Casino
BalasHapusBaccarat is an 바카라사이트 exciting game that has captivated players 카지노 for centuries and 온카지노 is one of the most popular casinos in the world. The game comes with a high volatility