Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

SETITIK PUTIH DI ATAS HITAM

Oleh : Kulsum Choerunnisa Sore ini aku masih berada di kantor tempatku mengabdi, ku lirik  foto istri dan anak-anakku yang sengaja ku pajang di samping meja kerja, rasanya sudah rindu sekali ada di dekat mereka, (me- refresh ) kembali pikiran yang lelah ini. Meskipun esok akhir pekan, namun tetap saja aku tidak banyak waktu luang. Sembari duduk di kursi empuk aku mulai membuka kembali tumpukan berkas-berkas yang masih perlu aku olah, namun tiba-tiba pikiranku melayang  ke waktu yang lain, lalu mendadak merinding mengingat kemarin ada wanita berpakaian tidak senonoh dengan gelagat menggoda datang ke ruanganku membawa proposal yang ku tolak kerja samanya dari sebuah perusahaan untuk pembangunan suatu daerah. Hatiku berdesir kala itu, Untunglah aku  masih diselamatkan Tuhan, foto istriku yang ku pajang mengingatkanku betapa pasti istriku sangat terluka jika mengetahui aku bermain serong. Tok tok tok.  suara ketukan pintu menyadarkanku ke alam sadar. “Silahkan masuk” sambutku,

Konsepsi Membangun Negeri Jilid I

Gambar
Oleh Yusup Bachtiar cikidot.com Begitu mudahnya ketika kita menyebutkan berbagai permasalahan bahkan kebobrokan negeri ini, dan begitu sulitnya kita menyebutkan akan prestasi yang lahir dari negeri ini.  Nampaknya hal yang demikian memang nyata dan raelita yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari.  Lantas apa yang menjadi permasalahan saat ini ketika negeri kita tercinta sedang merindukan pangkuan sebuah mahakarya dahsyat dari sang penghuni negeri ini. Sebuah permasalahan ini lebih tepatnya bagaimana kita mampu untuk menumbuhkan kembali terhadap kebanggaan masyarakat terhadap Indonesia dan eksistensi memperbaiki tatanan Indoenesia. Pernah dengarkah kalian dengan pernyataan berikut ini, “Aku tidak akan bebicara tentang kebobrokan negeri ini tapi aku akan berbicara tentang bagaimana memperbaiki negeri ini”. Kutipan pernyataan tersebut mempunyai makna yang luarbiasa sebagai pekikan kita sebagai anak bangsa, bahwa berfikir dan mengkritisi sesuatu tidak hanya selalu menuntu