Caleg atau mobil mogok


Oleh
Yusup Bachtiar
Hampir mendekati dipenghujung tahun 2013 yang sedikit lagi dihadapkan oleh prediksi oleh setiap orang bahwa tahun selanjutnya akan dihadapkan pada tahun yang penuh dengan peristiwa politik. Walaupun tak dipungkiri bahwa tahun 2013 pun telah diwarnai begitu banyak pernak-pernik peristiwa yang cukup menguras pikiran dan emosi kita sebagai masyarakat Indonesia. Selajutnya yang harus menjadi perhatian kita semua adalah terkait pemilu 2014 yang akan diawali dengan pemilu calon legislatif untuk memilih para calon yang katanya wakil rakyat yang jatuh pada tanggal 9 April 2014. Selanjutnya adalah pemilihan presiden dan wakil presiden yang jatuh pada tanggal 9 juli 2014. Hal inilah yang sudah mulai tampak gelora kampanye politik saat ini. Ada apa sih dengan mereka yang akan menyalonkan diri? Memang tidak ada yang salah dari momen pencalonan tersebut. Akan tetapi yang patut untuk dikritisi adalah apakah janji-janji manis yang dilontarkan sesuai dengan hati nurani dan yang diharapkan masyarakat atau hanya bias berada diangan-angan harapan masyarakat? Itu yang terkadang menjadi sisi pesimistis masyarakat terhadap momen-momen tersebut.
Saat ini sedang ramai-ramainya para caleg dan tim suksesnya mencoba untuk mendekat kepada rakyat seperti mencoba mengadakan program-program yang pro rakyat, berkunjung ke pasar, bertemu dengan tokoh masyarakat ataupun tokoh agama, datang ke setiap majlis ta’lim serta baliho-baliho persuasive yang mengampar menghiasi pinggiran-pinggiran jalan. Semua itu dilakukan guna untuk menarik simpati dan partisipasi masyarakat untuk sukarela mendukung mereka. Timbul sebuah pertanyaan lagi apakah ini bentuk pencitraan atau memang sebuah kehendak hati yang tak terbiaskan? Kehadirannya bak angin yang datang berhembus begitu saja dan pergi begitu saja. Masyarakat di mobilisasi untuk memberikan suaranya tanpa memberikan pencerdasan-pencerdasan yang hakiki makna demokrasi dan perwujudan visi-misi yang mereka canangkan. Ataukah ini bentuk ketidakmampuan para caleg untuk mengungkapkan gagasan yang simple dan konkret di mata masyarakat. Ataukah memang masyarakat yang sudah pragmatis melihat dilematika perpolitikan saat ini sehingga membiarkan begitu saja tanpa bertanya substantive perihal majunya para caleg tersebut.

Bahkan ada guyonan yang cukup menggelitik, para caleg dianalogikan seperti mobil mogok yang membutuhkan bantuan dorongan manusia namun setelah mobil tersebut berhasil jalan mobil tersebut melaju dengan nyamannya tanpa menghiraukan manusia yang mendorongnya. Hal tersebut pun terkadang terjadi ketika para caleg berbondong-bondong mencari simpatik dan dukungan masyarakat namun setelah terpilih lupa akan janji-janji dan sumpah sucinya. Inilah realita saat ini, inilah cerminan dinamika politik negeri ini yang terlihat sangat pesat perkembangannya namun menurun dari segi esensial dalam praktiknya. Tulisan ini bukan semata-mata men-generalisasikan perilaku para caleg atau wakil rakyat kita, melainkan terkadang hal tersebut sering menjadi jeritan bahkan hujatan rakyat yang merasa kurang terakomodir.  Masih banyak para caleg ataupun wakil rakyat yang menunjukkan kualitas dan hati nuraninya yang berjuang benar-benar untuk rakyat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun konsolidasi di Bumi Siliwangi

Sudahkah kita siap?